DENPASAR--MIOL: Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Ir M Hatta
Rajasa menilai, masalah pembelian pesawat tempur canggih buatan
Rusia, Sukhoi oleh Pemerintah Indonesia yang kini menimbulkan
pendapat pro-kontra, tidak ada yang istimewa. Hal tersebut
disampaikannya menjawab pertanyaan Antara saat diminta
komentarnya terkait dengan silang pendapat soal pembelian pesawat
Sukhoi, menyusul dibentuknya Panitia Kerja (Panja) Komisi I DPR
tentang Sukhoi.
Hatta Rajasa yang ditemui usai pembukaan Sidang Tahunan ke-11
International Standard Organization (ISO)/Technical Committee (TC)
207 dan Lokakarya Nasional Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 di
Nusa Dua-Bali, Senin, mengatakan, bagi Indonesia, pembelian Sukhoi
merupakan suatu kebutuhan.
"Sebagai negara yang berdaulat dan menjalankan politik luar
negeri yang bebas aktif, Indonesia tidak ingin menggantungkan
kemampuan teknologi militernya hanya kepada satu negara," kilahnya.
Atas dasar itulah, demikian Hatta Rajasa yang juga Sekjen DPP
Partai Amanat Nasional (PAN), Indonesia ingin mencari alternatif
lain. Karena itu, "Kita tidak ingin masuk ke dalam perangkap
teknologi," tandasnya.
Hatta Rajasa juga menilai, keputusan pemerintah untuk membeli
pesawat tempur Sukhoi dari Negeri Beruang Merah tersebut merupakan
keputusan yang bijak, sehingga tidak perlu ditanggapi secara
berlebihan.
Mengenai adanya pendapat sementara pihak terutama dari kalangan
petinggi PDI Perjuangan yang menganggap bahwa 'Sukhoigate' sengaja
dipolitisir untuk meruntuhkan citra Megawati Soekarnoputri dalam
Pemilu 2004, ia mengatakan, "Saya kira pemikiran itu terlalu jauh.
Saya tidak melihat hal tersebut -- itu terlalu mengada-ada".
Sebagaimana disampaikan Wakil Sekjen PDIP Pramono Anung bahwa
kawan-kawannya di DPR sengaja ingin menjatuhkan citra Megawati dalam
Pemilu 2004. Salah satu caranya, pembahasan Panja Sukhoi ini
dipolitisir menjadi komoditi politik partai-partai.
Tudingan Purnomo Anung itu muncul ketika berbicara di Jakarta,
Sabtu (28/6). Baginya, partai-partai tidak membicarakan substansi
Panja Sukhoi itu. Mereka justru membiaskan persoalan hingga ke ajang
pencitraan dan menjatuhkan karakter seseorang.
Dalam hal ini, Mega dan menantunya, Happy Hapsoro, dijadikan
korban. "Ada upaya-upaya politisasi untuk membuat citra tidak baik
pada pemerintahan (Magawati)," tegas Pramono Anung.
Kasus pembelian pesawat tempur Sukhoi telah menimbulkan polemik
berkepanjangan, menyusul adanya tuduhan mark up yang
melibatkan Menantu Megawati, Happy Hapsoro karena kedekatannya
dengan sejumlah pengusaha Rusia, melalui peran seorang pengusaha
gaek asal Palembang, Tong Djoe, yang juga dikenal dekat dengan
almarhum Bung Karno, ayahanda Presiden Megawati. (Ol-01) |